Beberapa orang menuju batas yang tak terbalas
Sebagiannya lagi belum mencapai batas sudah mencapai kata ikhlas
Iya, ikhlas
Apakah manusia bisa melampaui batas? Batas titik lemahnya, iya. Batas takdirnya? Terimalah. Segalanya akan berjalan sesuai dengan waktu dan takdir. Kita hanya perlu belajar menerima. Lalu bagaimana cara belajar menerima? Terlatih patah hati, bukan terlatih mengeraskan hati. Terlatih menerima, bukan terlatih membenci. Terkadang sakit akan membuat kita terlatih menjadi penerima situasi dan dalam keadaan yang sama kita dapat menjadi pembenci. Itu adalah pilihan, bukan takdir. Segala yang kita ambil adalah benar, tapi belum tentu baik.
Satu Empat Kosong Delapan
Sabtu, 07 September 2019
Jumat, 06 September 2019
Tentang Rasa Sakit
Sekelibat gue memikirkan tentang Rasa Sakit. Gatau gimana, gatau awal mulanya tiba-tiba aja kepikiran. Dan lebihnya kepikiran buat nulis.
Muncul pertanyaan
"Bagaimana manusia bisa merasakan sakit? Mungkin secara fisik semua akan merasakan sakit yang sama. Tapi bagaimana tentang hati? Apakah rasa sakit dari hati itu sebuah naluri, sebuah penyakit yang menular, atau karena ia mengetahui bahwa itu sakit maka ia akan merasakan sakit?"
'Gue kalo jadi dia udah pasti sakit banget sih'
Gimana kalo ternyata sakit hati itu kita sendiri yang menimbulkan? Atau dari hormon gimana sih sebenernya agak gak paham. Apakah sakit hati bekerja seperti orang jatuh cinta? Semua hormon yang tidur akan aktif dan bekerja sesuai fungsinya. Tapi apakah bisa kita mengendalikan hormon tentang sakit hati? Kata-kata "Hati lu keras banget, kayak batu" itu bisa jadi karena hormon yang seharusnya aktif itu terputus.
Manusia seharusnya bisa mengendalikan tentang rasa sakit. Kapan dan dimana ia harus merasa sakit. Keadaan seperti apa yang seharusnya ia jalani adanya dan keadaan seperti apa yang seharusnya ia jalani dengan rasa sakit. Gue percaya, Tuhan menciptakan rasa sakit agar manusia saling bisa mengerti satu sama lain. Agar manusia bisa memilah mana yang benar dan mana yang salah. Ya, seketika gue sadar bahwa tugas rasa sakit adalah menyadarkan manusia bahwa tindakan orang tersebut salah dan agar kita tidak melakukan hal tersebut kepada orang lain.
Rasa sakit hanya untuk disimpan, ditutup rapat, kemudian disembuhkan. Luka memang sebagai tanda pengingat agar manusia tidak melakukan kesalahan yang orang lain lakukan. Itulah kenapa luka tidak akan pernah sembuh sempurna. Dan kenapa rasa sakit diciptakan untuk manusia.
Tuhan, terimakasih telah menciptakan rasa sakit.
Muncul pertanyaan
"Bagaimana manusia bisa merasakan sakit? Mungkin secara fisik semua akan merasakan sakit yang sama. Tapi bagaimana tentang hati? Apakah rasa sakit dari hati itu sebuah naluri, sebuah penyakit yang menular, atau karena ia mengetahui bahwa itu sakit maka ia akan merasakan sakit?"
'Gue kalo jadi dia udah pasti sakit banget sih'
Gimana kalo ternyata sakit hati itu kita sendiri yang menimbulkan? Atau dari hormon gimana sih sebenernya agak gak paham. Apakah sakit hati bekerja seperti orang jatuh cinta? Semua hormon yang tidur akan aktif dan bekerja sesuai fungsinya. Tapi apakah bisa kita mengendalikan hormon tentang sakit hati? Kata-kata "Hati lu keras banget, kayak batu" itu bisa jadi karena hormon yang seharusnya aktif itu terputus.
Manusia seharusnya bisa mengendalikan tentang rasa sakit. Kapan dan dimana ia harus merasa sakit. Keadaan seperti apa yang seharusnya ia jalani adanya dan keadaan seperti apa yang seharusnya ia jalani dengan rasa sakit. Gue percaya, Tuhan menciptakan rasa sakit agar manusia saling bisa mengerti satu sama lain. Agar manusia bisa memilah mana yang benar dan mana yang salah. Ya, seketika gue sadar bahwa tugas rasa sakit adalah menyadarkan manusia bahwa tindakan orang tersebut salah dan agar kita tidak melakukan hal tersebut kepada orang lain.
Rasa sakit hanya untuk disimpan, ditutup rapat, kemudian disembuhkan. Luka memang sebagai tanda pengingat agar manusia tidak melakukan kesalahan yang orang lain lakukan. Itulah kenapa luka tidak akan pernah sembuh sempurna. Dan kenapa rasa sakit diciptakan untuk manusia.
Tuhan, terimakasih telah menciptakan rasa sakit.
Langganan:
Postingan (Atom)